Kamis, 26 Februari 2015

Tak cukup berani

mengagumi dalam diam, dan selalu mendoakan namun tak pernah berani menoleh saat berpapasan.
dia yang melakukannya mungkin cukup kuat. cukup kuat untuk menahan segala perasaan, tanpa menyampaikan bahkan menyebut lembut nama pujaannya dalam sapaan.
diapun harus cukup puas hanya dengan tersenyum dari kejauhan, menikmati lekat dari belakang, memanggil lirih dari batas jendela kaca yang memisahkan.
dia juga pasti sangat akrab dengan ikhlas, syukur dan sabar. karena itulah kekuatan yang diberikan Tuhannya, sebagai sambutan dari semua doanya untuk bertahan.
namun tak jarang dia dihampiri kecemburuan, melihat sang pujaan lebih dekat dengan teman atau bahkan jauh dari genggaman.
tapi syukurlah, dia  sudah lebih kuat karena dia yakin memiliki Tuhan yang selalu bersamanya. Maha Mengetahui akan segala inginnya, dan Maha adil untuk mengatur alur hidupnya.
dia amat bisa bahagia, dibalik semua cobaannya dengan semua keceriaan yang dibawanya.yaitu dengan menikmati rezeki dari Tuhannya.
dia sangat percaya seperti bumi yang selalu berputar, roda kehidupanpun demikian. begitu juga dengan sang Maha Adil yang dia miliki.

Rabu, 25 Februari 2015

Lewat jendela kaca



Aku masih di tempat ini. Tempat yang selalu kunaungi untuk memandangmu. Menit seperti terhipnotis oleh detik, jam yang ada pun menjadi cepat berlalu.
Ternyata kamu masih sama, meski usiamu telah bertambah kau tetap terlihat indah. Bersama doa yang selalu kusampaikan pada-Nya namamu tetap ada dalam rapalanku.
Namun disini, lewat jendela kaca ini aku hanya bisa memandangmu, meski hati ingin merengkuhmu
Lewat jendela kaca ini aku hanya bisa memanggilmu dalam hatiku, meski suaraku ingin memanggil lembut namamu
Lewat jendela kaca ini aku hanya bisa mendengar senandungmu, meski aku sangat ingin bersenandung bersamamu
Lewat jendela kaca ini aku hanya bisa melihat tawamu, meski inginku dapat selalu bersamamu
Lewat jendela kaca ini aku hanya bisa menatap langkahmu, meski langkahku begitu ingin mengejarmu
Lewat  jendela kaca ini aku hanya bisa menikmatimu bersuara, meski aku ingin bercakap cerita
Lewat jendela kaca ini aku mengagumimu dalam diamku,kekaguman yang tak berani kuutarakan padamu. Dalam jarak ini aku menjagamu dalam doaku. Berharap suatu hari nanti kau akan kembali tersenyum padaku. Meredupkan sedikit cahaya terangmu, yang selama ini mengunciku dalam jarak menujumu.
Entah berapa lama, namun hari ini tiga hari setelah ulang tahunmu aku masih menunggumu ditemani-Nya dalam doaku. Selamat ulang tahun, semoga semua doaku untukmu tersampaikan.
untuknya  yang kemarin lusa berjarak satu motor dari tempatku...

Senin, 23 Februari 2015

Dia yang bercahaya

Aku merasa mencari tanpa tahu apa yang sudah kutemukan
Aku merasa menemukan tanpa tahu apa yang kudapatkan
Aku merasa mendapatkan namun ada sesuatu yang menyakitkan
Saat roda hidup berputar, yang di bawah pun akan naik ke atas dan mereka yang di atas tak selamanya akan melayang
Ada saat kita bisa terbang tinggi, namun ada waktunya pula kita jatuh tersungkur tanpa hati-hati
Aku memiliki doa. Doa yang selalu kuhaturkan pada-Nya, doa yang mungkin hanya aku dan Dia yang tahu karena Dialah sang Maha Mengetahui. 
Tentang satu, dua, tiga permasalahan atau mimpi yang mengguncang.
Mimpi di siang hari yang begitu cepat berjalan. Mimpi yang selalu kuharap jadi kenyataan namun sepertinya itu hanya sebatas angan.
Mimpi padanya seseorang yang memiliki cahaya luar biasa. Menyilaukan yang membuatku hanya bisa menikmatinya dari kejauhan. Tanpa bisa menyentuh ataupun merengkuh. Tatapan teduhnya mungkin itu cukup untuk saat ini.