Tanganku masih
menggoreskan pena tentangmu. Pikiranku masih terpacu dengan bayangan semumu.
Semu yang menarikku masuk ke dalam dunia yang tak pernah kumiliki, namun kini
abadi bersama imajinasiku. Mungkin tak nampak dalam nyata tapi hidup dalam
angan. Mengenangmu adalah hal teregois yang aku lakukan. Karena kutahu hatimu
tak untukku, namun aku selalu paksakan itu dalam duniaku sendiri. Masih
menuliskan pena ini pada catatan kecil milikku, catatan tentangmu, aku yang tak
pernah menyatu.
“aku memang tak pernah memilikimu dalam nyata, hingga saat ini...
namun, aku abadi memilikimu dalam duniaku sendiri...”
Kamu
kini menjadi tokoh utama dalam duniaku, dunia yang tak pernah kau tahu. Karna
kau tak pernah lagi masuk ke dalam dunia yang kau ciptakan sendiri. Namun tak
apa, cukup memandang dan mengagumi diantara mereka, dan bertahan itu cukup
berkesan untukku. Dulu adalah masa lalu, sekarang adalah nyata dan esok adalah
garis-Nya. Aku memang tak pernah tau apa yang terjadi esok, namun aku mencoba menikmati
apa yang akan ku miliki esok. Entah bahagia atau pun duka, bukankah mereka
selalu datang bersama?.
Aku
tahu kamu pernah merasa terkhianati. Bukan karna aku mengarang, namun aku cukup
mengerti kisahmu bagian itu. Kamu merasa terkhianati atas seseorang yang kamu
cintai. Dan itu cukup jelas terlihat. Mungkin saja dia cinta pertamamu. Namun
aku masih ragu tentang cinta pertamamu akankah benar dia? Entahlah, aku tak
pernah tahu karna kamu selalu menyimpan rapat dalam hatimu. Aku tak pernah
membenci orang yang kamu cintai, bahkan aku berusaha berteman baik dengannya.
Bukan untuk merusak hubunganmu, tapi aku ingin tahu sehangat apakah orang itu.
Hingga mampu mencairkan hatimu yang beku.
Sejak
itu kamu berubah hatimu tak lagi stabil, bahkan menjadi didih. Kamu mencoba
mencari pendingin untuk hatimu. Mungkin itu yang disebut pelampiasan, aku
mempelajarinya dari semua skenario kisahmu yang aku tahu. Dan ternyata itu
benar. Setidaknya dulu aku pernah berfikir, “mungkinkah sosok pelarian menjadi
cinta sejati?” aku tak tahu mengapa argumen itu seketika muncul di otakku saat
hubunganmu dengan pelarianmu menginjak cukup lama. Tapi, dugaanku sebelumnya
memang benar. Kamu berakhir dengannya. Mungkin kamu mulai menyadari.
Kisahmu
masih tersimpan rapih di dalam memoriku. Semua skenario hidupmu yang aku
ketahui semenjak aku kenal denganmu, semenjak aku tahu ada yang tidak beres
dengan hatiku ketika kau menatap mataku. Mungkin sejak saat itu aku sadar bahwa
aku mulai mengagumimu, mengagumi setiap detail dari dirimu, mencintai setiap
kekuranganmu, mencoba memahami setiap makna hidup bagimu. Apa itu suka?namun
mengapa aku bis bertahan lama?apakah itu cinta?atau sayang? Aku mengira masih
terlalu kanak-kanak. Apa ini cinta monyet? Tapi, mengapa aku merasa sejauh ini.
Aku mencoba melupakan segala argumen mereka tentangku, tepatnya perasaanku
padanya. Aku hanya ingin menjadi seperti sungai, menikmati setiap tetesan air
yang sedang mengalir, menunggu hingga air itu sampai pada hulu atau pun sungai
itu sampai benar-benar kering, dan ada seseorang yang merubah menjadi tempat
baru.
karya : @intanwe
karya : @intanwe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar