Sabtu, 22 Desember 2012

Tentangmu (cerpen)


Tanganku masih menggoreskan pena tentangmu. Pikiranku masih terpacu dengan bayangan semumu. Semu yang menarikku masuk ke dalam dunia yang tak pernah kumiliki, namun kini abadi bersama imajinasiku. Mungkin tak nampak dalam nyata tapi hidup dalam angan. Mengenangmu adalah hal teregois yang aku lakukan. Karena kutahu hatimu tak untukku, namun aku selalu paksakan itu dalam duniaku sendiri. Masih menuliskan pena ini pada catatan kecil milikku, catatan tentangmu, aku yang tak pernah menyatu.
“aku memang tak pernah memilikimu dalam nyata, hingga saat ini...
namun, aku abadi memilikimu dalam duniaku sendiri...”
                Kamu kini menjadi tokoh utama dalam duniaku, dunia yang tak pernah kau tahu. Karna kau tak pernah lagi masuk ke dalam dunia yang kau ciptakan sendiri. Namun tak apa, cukup memandang dan mengagumi diantara mereka, dan bertahan itu cukup berkesan untukku. Dulu adalah masa lalu, sekarang adalah nyata dan esok adalah garis-Nya. Aku memang tak pernah tau apa yang terjadi esok, namun aku mencoba menikmati apa yang akan ku miliki esok. Entah bahagia atau pun duka, bukankah mereka selalu datang bersama?.
                Aku tahu kamu pernah merasa terkhianati. Bukan karna aku mengarang, namun aku cukup mengerti kisahmu bagian itu. Kamu merasa terkhianati atas seseorang yang kamu cintai. Dan itu cukup jelas terlihat. Mungkin saja dia cinta pertamamu. Namun aku masih ragu tentang cinta pertamamu akankah benar dia? Entahlah, aku tak pernah tahu karna kamu selalu menyimpan rapat dalam hatimu. Aku tak pernah membenci orang yang kamu cintai, bahkan aku berusaha berteman baik dengannya. Bukan untuk merusak hubunganmu, tapi aku ingin tahu sehangat apakah orang itu. Hingga mampu mencairkan hatimu yang beku.
                Sejak itu kamu berubah hatimu tak lagi stabil, bahkan menjadi didih. Kamu mencoba mencari pendingin untuk hatimu. Mungkin itu yang disebut pelampiasan, aku mempelajarinya dari semua skenario kisahmu yang aku tahu. Dan ternyata itu benar. Setidaknya dulu aku pernah berfikir, “mungkinkah sosok pelarian menjadi cinta sejati?” aku tak tahu mengapa argumen itu seketika muncul di otakku saat hubunganmu dengan pelarianmu menginjak cukup lama. Tapi, dugaanku sebelumnya memang benar. Kamu berakhir dengannya. Mungkin kamu mulai menyadari.
                   Kisahmu masih tersimpan rapih di dalam memoriku. Semua skenario hidupmu yang aku ketahui semenjak aku kenal denganmu, semenjak aku tahu ada yang tidak beres dengan hatiku ketika kau menatap mataku. Mungkin sejak saat itu aku sadar bahwa aku mulai mengagumimu, mengagumi setiap detail dari dirimu, mencintai setiap kekuranganmu, mencoba memahami setiap makna hidup bagimu. Apa itu suka?namun mengapa aku bis bertahan lama?apakah itu cinta?atau sayang? Aku mengira masih terlalu kanak-kanak. Apa ini cinta monyet? Tapi, mengapa aku merasa sejauh ini. Aku mencoba melupakan segala argumen mereka tentangku, tepatnya perasaanku padanya. Aku hanya ingin menjadi seperti sungai, menikmati setiap tetesan air yang sedang mengalir, menunggu hingga air itu sampai pada hulu atau pun sungai itu sampai benar-benar kering, dan ada seseorang yang merubah menjadi tempat baru.


karya : @intanwe

Tidak ada komentar:

Posting Komentar