Senin, 01 April 2013

Seolah Nyata (cerpen)


                Tanganku masih mengenggam, jariku masih saling mengikat kuat. Aku melangkahkan kaki dengan pelan menuju ke bangku itu. Disaat yang sama, aku merasa semakin gila saat aku melihatnya. Berulang kali aku memandang dan menatapnya dalam, bertanya “apakah aku masih bermimpi?”. Aku tidak percaya kalau mimpi itu akan terasa nyata. Tetapi untuk kali ini aku benar-benar merasakannya.             
                Aku tak tahu harus berbagi cerita dengan siapa. Aku masih menahan rasa sakit dan air mata ini untuk keluar. Ketika aku beralih pandang, segera aku menarik nafas panjang dan menenangkan pikiran. Saat ini kau acuh padaku, tak sedikitpun menyapaku, bahkan tak menatapku lama. Hal itulah yang sesaat menyadarkanku bahwa ini memang dunia nyata.
                Mungkin disini, saat aku sendirian, burung kecil yang berterbangan untuk membangun sarang menjadi temanku untuk bercerita. Bercerita tentang drama klasik yang biasa aku perankan bersamamu. Namun selama ini aku tak pernah merasa sesakit saat ini. Tepatnya, dalam sebuah mimpi. Skenario itu dimulai saat jam tambahan selesai, aku kau dan beberapa teman masih duduk melingkar kecil pada satu tempat. Aku senang karna mendapat posisi tepat di depanmu. Kami hening sesaat sebelum salah satu temanku memulai pembicaraan untuk bertanya padamu tentang masa lalumu. Sesaat aku melihatmu, dan kamu tidak menjawab. Temanku terus menanyakan bahkan dia menerka-nerka jawaban sendiri. Sepertinya kamu merasa tidak nyaman karena jawabannya. Hingga satu hal yang mengagetkanku, kau mulai bercerita. Aku heran karena kau menyebut awal namaku dalam masa lalumu. Tiba-tiba dadaku terasa sesak saat mendengar kata “mencoba melupakan” seolah aku tak percaya hal itu terjadi. Aku semakin tak kuasa saat aku mendengar kau bercerita tentang masa lalumu dengan orang lain setelahku. Aku sempat ingin pergi saat itu, namun anehnya kau menarik tanganku dan melarangku untuk pergi. Aku tak bisa menolaknya karna aku benar-benar lemas setelah mendengar secuplik ceritamu.
                Aku kembali duduk pada tempatku sebelumnya, di depanmu. Kau kembali melanjutkan ceritamu. Namun, aku tak bisa lagi menahan air mataku. Aku memalingkan arah berharap mereka semua tak melihatku menangis. Aku terkejutkan saat kau kembali menyebut namaku. Aku memandangmu bergumam dalam hati “apa lagi ini?harapan kosong??”gerutuku. Aku meletakkan tanganku di atas meja, memainkan irama-irama kecil dengan jariku sembari mendengar sedikit cerita. Aku semakin tak percaya. Kau melakukannya.
                Sejenak lamunanku terbuyar, aku mendengar ada suara seseorang membuka pintu. Saat kutolehkan kepala ternyata itu kau, kau sedang bersama temanmu berjalan keluar kelas untuk duduk di bangku itu. Aku melihatmu, namun tawamu bersama temanmu seolah membuktikan kau acuh padaku. Aku kembali bertanya dalam hati “apa dia lupa, apa yang sudah dia lakukan semalam?dia berhasil membuatku menagis bahagia tak terduga, dia mengenggam tanganku dengan eratnya, memeluk sela jariku dengan jarinya, mencium gengaman tanganku dan berkata “aku menyukaimu, bahkan sekarang aku mencintaimu juga kekuranganmu, dulu aku mencoba melupakanmu dengan berpaling hati pada mereka, akan tetapi aku tak pernah bisa melepas bayangmu. Mungkin benar bila aku terlanjur jatuh cinta padamu, apalagi disaat aku tau selama ini kau bertahan untukku. Aku semakin merasa bersalah padamu””. Kau memberikanku kejutan tak terduga dengan melakukan semua hal itu. Tanganku masih digenggam erat olehmu saat itu juga aku biggung mengapa aku menanggapi semua kata-katamu padaku dengan berkata “aku juga mencintamu, bahkan aku telah mencintai semua kekuranganmu” air mata itu pun tak tertahan. Namun, kau lalu tersenyum padaku seakan senang dan lega mendengar tanggapanku. Aku membalasnya dengan senyum kebahagian. Semua teman terkejut akan hal yang barusan kau lakukan. Aku tak tau mengapa kau tiba-tiba melepas genggamanmu dan mengenakan tas, tetapi tanganmu kembali mengajakku. Rupanya aku mengerti, kau mengajakku pergi dan tidak membiarkan mereka semua untuk melihat lebih banyak lagi. Kau tersenyum dan aku hanya bisa membalasnya tanpa bisa mengungkapkan kebahagianku ini.
                Kau mengajakku berjalan menyusuri jalan setapak di taman kecil. Memberikanku kejutan saat kita duduk berdua dengan bergitar. Aku sangat berterimakasih pada Tuhan karena memberikanku kesempatan ini. Kesempatan indah walau hanya dalam mimpi. Seolah nyata terasa.
Ketika angan dan impian begitu besar...
Terkadang mereka terasa begitu nyata..
Kejarlah.....

karya : @intanwe

AKANKAH (cerpen)


Detik-detik waktu yang terlewati..
Kini telah menjelma..
menjadi rangkaian kenangan di masa lalu..
Masa-masa dimana yang selalu aku inginkan untuk kembali..
Disaat kau dekat denganku..
Saat-saat  dimana kau selalu ada untukku...
Malam ini begitu sunyi, hingga kudengar suara hati ini berteriak kencang memanggil namanya.Terhentikan sesaat kesunyian, terdengarkan seperti suara tapak kaki seseorang di lantai bawah rumah.Enam bulan telah berlalu dan hati ini masih mencari, kemana seseorang yang dulu kukenal, sosok yang selalu ada.
”ddrrt..” bunyi sms membuyarkan lamunan.Sesaat perasaan terasa senang berfikir itu adalah sms darinya.Namun fakta tak ingin bekerja sama, kenyataan ini memilih sms itu datang bukan dari seseorang yang selalu diharapkan.Tiap kali imajinasi ikut campur dalam kenyataan ini hanya membuat berkali-kali aku terbang jauh ke atas dan jatuh merasakan sakit.Hingga hati ini mati rasa dengan sakit itu sendiri.
“kringgg....” bunyi alarm jam kembali membangunkan aku dari mimpi ini, mimpi yang tak pernah berubah sejak dia pergi.Tertatih aku berjalan berkeliling taman.Berusaha mengingat semua yang telah terlewatkan, beribu kenangan manis yang terkubur begitu saja.Sembari duduk di bangku taman, terlintaskan semua yang pernah ada.
“Mungkinkah...semua itu????aku ingin kau kembali..kembali seperti dulu..??” itulah lamunan yang selalu memiriskan hati.Selalu mengandaikan hidup ini bagai sebuah film yang berharap mengubah hidupku berakhir seperti kisah Cinderella dan pangeran Daniel yang hidup bahagia selepas dari penderitaan.
Maaf itulah kata yang terakhir kau ucapkan padaku.Berulang kali logika ini berfikir, “mengapa hanya maaf yang dia ucapkan??” namun masih belum kutemukan jawabnya.Kembali lagi aku berfikir “bila ini sebuah film, pasti kau sudah ada disini”.
Mata terarah melihat keadaan sekeliling, aku bisa melihat setiap orang berubah.Ada orang berjalan bersama, sendiri, dan akhirnya pergi.Mungkin hal ketiga yang akan aku lakukan.Terbuyarkan segala karna telinga mendengar suara yang tak begitu asing.Akupun berjalan menyusuri jalan tapak untuk mencari dari mana suara itu berasal.
“come back..come back to me.....
like you would..you would if this was a movie..
standing in the rain outside until i came out..”
Terhentikan langkah kaki di belakang seorang gadis kecil yang memainkan tapenya.Terlamunkan dengan memandangi gadis kecil itu.Mengingat lagu yang usai  diputarnya tadi kembali mengingatkanku padanya.
Teringatkan katanya pada sebuah malam “tak akan ada yang berubah, karna perubahan itu tak mampu memisahkan kita...”.Namun, itu sebelum aku menyadari seberapa besar aku kehilanganmu.
Mendung mulai menutupi matahari indah itu, akupun berjalan pulang.Tapi mendung itu tak mampu lagi menahan air yang ditampungnya agar tidak jatuh ke tanah.Sepertinya hati katung mata ini juga sama, dia tak mampu lagi menahan air mata ini agar tidak menetes.
Namun akhirnya, air mata ini pun jatuh bersamaan dengan hujan ini.Itu membuatku lega karna aku dapat menangis bersama hujan.Karna orang yang melihat tak akan tau jika aku sedang bersedih.
Saat itu hanya satu yang ada difikiranku.Berharap kau kembali datang, mengetuk pintu rumahku.


karya : @intanwe