Tanganku
masih mengenggam, jariku masih saling mengikat kuat. Aku melangkahkan kaki
dengan pelan menuju ke bangku itu. Disaat yang sama, aku merasa semakin gila
saat aku melihatnya. Berulang kali aku memandang dan menatapnya dalam, bertanya
“apakah aku masih bermimpi?”. Aku tidak percaya kalau mimpi itu akan terasa
nyata. Tetapi untuk kali ini aku benar-benar merasakannya.
Aku
tak tahu harus berbagi cerita dengan siapa. Aku masih menahan rasa sakit dan
air mata ini untuk keluar. Ketika aku beralih pandang, segera aku menarik nafas
panjang dan menenangkan pikiran. Saat ini kau acuh padaku, tak sedikitpun
menyapaku, bahkan tak menatapku lama. Hal itulah yang sesaat menyadarkanku
bahwa ini memang dunia nyata.
Mungkin
disini, saat aku sendirian, burung kecil yang berterbangan untuk membangun
sarang menjadi temanku untuk bercerita. Bercerita tentang drama klasik yang biasa
aku perankan bersamamu. Namun selama ini aku tak pernah merasa sesakit saat
ini. Tepatnya, dalam sebuah mimpi. Skenario itu dimulai saat jam tambahan
selesai, aku kau dan beberapa teman masih duduk melingkar kecil pada satu
tempat. Aku senang karna mendapat posisi tepat di depanmu. Kami hening sesaat
sebelum salah satu temanku memulai pembicaraan untuk bertanya padamu tentang
masa lalumu. Sesaat aku melihatmu, dan kamu tidak menjawab. Temanku terus
menanyakan bahkan dia menerka-nerka jawaban sendiri. Sepertinya kamu merasa
tidak nyaman karena jawabannya. Hingga satu hal yang mengagetkanku, kau mulai
bercerita. Aku heran karena kau menyebut awal namaku dalam masa lalumu.
Tiba-tiba dadaku terasa sesak saat mendengar kata “mencoba melupakan” seolah
aku tak percaya hal itu terjadi. Aku semakin tak kuasa saat aku mendengar kau
bercerita tentang masa lalumu dengan orang lain setelahku. Aku sempat ingin
pergi saat itu, namun anehnya kau menarik tanganku dan melarangku untuk pergi.
Aku tak bisa menolaknya karna aku benar-benar lemas setelah mendengar secuplik ceritamu.
Aku
kembali duduk pada tempatku sebelumnya, di depanmu. Kau kembali melanjutkan
ceritamu. Namun, aku tak bisa lagi menahan air mataku. Aku memalingkan arah
berharap mereka semua tak melihatku menangis. Aku terkejutkan saat kau kembali
menyebut namaku. Aku memandangmu bergumam dalam hati “apa lagi ini?harapan
kosong??”gerutuku. Aku meletakkan tanganku di atas meja, memainkan irama-irama
kecil dengan jariku sembari mendengar sedikit cerita. Aku semakin tak percaya.
Kau melakukannya.
Sejenak
lamunanku terbuyar, aku mendengar ada suara seseorang membuka pintu. Saat kutolehkan
kepala ternyata itu kau, kau sedang bersama temanmu berjalan keluar kelas untuk
duduk di bangku itu. Aku melihatmu, namun tawamu bersama temanmu seolah
membuktikan kau acuh padaku. Aku kembali bertanya dalam hati “apa dia lupa, apa
yang sudah dia lakukan semalam?dia berhasil membuatku menagis bahagia tak
terduga, dia mengenggam tanganku dengan eratnya, memeluk sela jariku dengan
jarinya, mencium gengaman tanganku dan berkata “aku menyukaimu, bahkan sekarang
aku mencintaimu juga kekuranganmu, dulu aku mencoba melupakanmu dengan
berpaling hati pada mereka, akan tetapi aku tak pernah bisa melepas bayangmu.
Mungkin benar bila aku terlanjur jatuh cinta padamu, apalagi disaat aku tau selama
ini kau bertahan untukku. Aku semakin merasa bersalah padamu””. Kau
memberikanku kejutan tak terduga dengan melakukan semua hal itu. Tanganku masih
digenggam erat olehmu saat itu juga aku biggung mengapa aku menanggapi semua
kata-katamu padaku dengan berkata “aku juga mencintamu, bahkan aku telah
mencintai semua kekuranganmu” air mata itu pun tak tertahan. Namun, kau lalu
tersenyum padaku seakan senang dan lega mendengar tanggapanku. Aku membalasnya
dengan senyum kebahagian. Semua teman terkejut akan hal yang barusan kau
lakukan. Aku tak tau mengapa kau tiba-tiba melepas genggamanmu dan mengenakan
tas, tetapi tanganmu kembali mengajakku. Rupanya aku mengerti, kau mengajakku
pergi dan tidak membiarkan mereka semua untuk melihat lebih banyak lagi. Kau
tersenyum dan aku hanya bisa membalasnya tanpa bisa mengungkapkan kebahagianku
ini.
Kau
mengajakku berjalan menyusuri jalan setapak di taman kecil. Memberikanku
kejutan saat kita duduk berdua dengan bergitar. Aku sangat berterimakasih pada
Tuhan karena memberikanku kesempatan ini. Kesempatan indah walau hanya dalam
mimpi. Seolah nyata terasa.
Ketika angan dan impian begitu
besar...
Terkadang mereka terasa begitu
nyata..
Kejarlah.....
karya : @intanwe