Senja disore memerah, tak lagi jingga tak lagi cerah. Merahnya sore pun terasa lebih lama dan tak bergairah. Aku memandang langit disenja itu, hatiku teredupkan ketidakhadirannya sosokmu. Aku hanya berbagi cerita dengan senja karena aku merasa kita bernasib sama, matakupun mulai memerah pedih. Namun kemudian aku tersenyum, aku ingat aku tak akan menangis hanya karena aku rindu. Aku meyakinkan "ah, mataku berair hanya karena angin yang bertiup terlalu kencang". Aku baik-baik saja.
Hanya saja perasaanku yang tak mau bekerjasama, ia mengiang kemana-mana. Terlebih lagi semua itu tentang dia. Sedang apakah dia?Siapa yang bersamanya?Rindu jugakah dia?Apa dia merasa yang sama?Apa semua ini hanya perasaanku saja?Pernahkah dia memikirkanku juga?Entahlah tak semua perasaan bisa dijelaskan dengan kata-kata. Namun aku takkan menuntut, semua angan itu hanya akan kujadikan selimut karena dingin di senja merah itu semakin menusuk. Aku hanya berharap semoga kelak kita bisa menikmati senja bersama, dibawah langit dan tempat yang sama akan lebih baik jika kita berdua membawa cinta. ahh sudahlah semuapun pasti punya takdirnya, dan aku tetap percaya pada jalan-Nya.
Meski aku menyadari saat kita berkata baik-baik saja bukan berarti itu sama sekali tak terjadi apa-apa pada perasaan kita. Begitupun saat kita berkata cukup kuat dan terbiasa menghadapinya, saat kita berkata kuat bukan berarti kita tak merasakan apapun termasuk sedikit rasa kekhawatiran. Kita hanya yakin dengan berbuat begitu kita akan merasa lebih baik dan berhasil menjadi seseorang yang optimis. Tanpa menyadari dengan melakukan itupun kita telah mengenal banyak kepalsuan.